windyway94 (
windyway94) wrote2016-10-29 07:31 am
![[personal profile]](https://www.dreamwidth.org/img/silk/identity/user.png)
I don't understand your insecurities.
Kamu akan menemukan hal-hal mencengangkan selama perjalanan mencari jati diri.
Sebelumnya aku minta maaf kalo ada yang tersinggung atau sakit hati sama tulisanku. Atau kamu akan ngeliat aku berbeda dari sebelumnya, gapapa, itu hakmu. Aku nggak bisa ngatur pendapat orang lain, dan kamu juga sama. Orang lain cuma bisa berbicara, tapi siapa yang menentukan kamu bakal sakit hati atau nggak itu adalah dirimu sendiri.
Nggak ngerti harus mulai nge-rant dari mana. Mungkin flashback dari 1-2 tahun terakhir? Berarti itu umur 20 taun ya? Oke. Jadi seperti yang kita tau kalo umur 20-an itu termasuk masa kritis sebagai manusia. Apa lagi kalo bukan masalah karir dan nikah khususnya (aku lebih suka nyebutnya 'settle down' biar maknanya lebih luas)? Saudara di kiri dan kanan mulai mencoba 'peduli' dengan bertanya "Udah punya calon? Udah punya pacar? Lho kok belum punya pacar?" Dan jawaban saya? Silakan cari di postingan saya sebelumnya. Teman-teman kuliah mulai berskripsi ria, sidang, wisuda, dan nikah satu per satu. Mereka yang udah punya calon pasangan keliatan bahagia banget di foto nikahan mereka, atau mereka yang udah siap-siap nikah. Aku seneng lihatnya, jujur. Nikahan dan lahiran adalah momen yang membahagiakan meskipun kamu nggak kenal mempelainya.
Tapi yang single gimana?
Berikut ini adalah kutipan chat from a certain group chat.
A: Cie mbak B tinggal menghitung hari
B: Aduh A jangan bahas manten, nanti banyak yang baper
A: Aku aja udah baper kok B.
B: Jangan baper A, sabar... Semua nanti pasti bakal jadi manten kok
C: Satu per satu teman-teman melepas masa lajangnya. Aku kapan ya? Jadi baper deh
D: Hmmm B bikin kita baper
B: Latihan D, sebelum nikah. Lebih baper nanti XD
C: Ya Allah B jahat ngiming-imingi aku
D: Hmm aku sabar aku rapopo T_T
B: Maafin ya C...
Satu kalimat buat si tukang baper: Kamu tega banget. Sebetulnya masih ada chat baper yang lebih lengkap dan panjang dan berulang tapi males ngetik. Lagian isinya juga sama. BAPER.
Yang single baper. Oke kamu boleh baper. Kamu berhak baper, itu manusiawi. Tapi kalo bapernya terus-terusan itu ganggu banget asli. Pikiran-pikiran negatifmu itu ganggu sesama single di sekitarmu. Mereka yang aslinya tenang akhirnya ketularan insecure, thanks to your laments. Ada lagi yang suka pasang status-status baper, quotes, dan kutipan-kutipan ayat Quran dan Hadits soal nikah di berbagai platform media sosial. Sebar kutipan-kutipan tadi sebenernya boleh karena bisa mengedukasi orang lain yang belum tau. Tapi kalo berkali-kali akhirnya misused dan itu sangat menyebalkan dan... menyedihkan. Kayak nunjukin kalo kamu pingin banget nikah (aku nyebutnya "kemrabi"), udah siap nikah, siap menyongsong masa depan yang lebih indah dengan pernikahan. Ditambah berita yang hits baru-baru ini, soal anak ustadz yang nikah muda pake banget. Semakin menjadilah semangat para pejuang baper ini buat nikah secepatnya, secepat kilat. Bayangan indahnya pernikahan kayaknya udah memenuhi pikiranmu siang dan malam. Ya sekarang terserah sih kalo kamu mau nikah muda, kita beda prinsip :)
Kamu boleh baper. Kamu berhak insecure, apalagi kalo kamu cewek. Itu manusiawi. Tapi kalo bapernya terus-terusan itu ganggu banget. Asli. Liat ke dirimu sendiri. Udah siap nikah belum? Nikah itu tanggung jawabnya besar lho. Jangan terbuai sama manis-manisnya aja tapi nggak tau gimana cara ngedapetin dan mertahaninnya. Manusia juga nggak bisa "auto-dewasa" dengan menikah lho.
But there's something strange.
Aku marah dan capek. Aku capek baca keluhan-keluhanmu. Kamu menuh-menuhin timeline dan hapeku dengan keluhan-keluhan yang sama. Kamu yang gampang banget ke-trigger soal pernikahan, kembali baper dan meracuni pikiran orang lain. Mungkin karena prinsipku "Jodoh datang di waktu yang tepat pada orang yang tepat. Jodoh bukan balapan" ya, aku jadi sewot. Tapi aku nggak ketularan baper dan meratapi nasib kejombloan ini.
"Ah mungkin karena aku memang masih suka sendiri."
"Ah mungkin karena aku quirkyalone dan introvert."
"Ah mungkin karena aku masih fokus kuliah sama nyari kerja aja. Nanti juga kepikiran buat nikah kok."
"Ah mungkin karena aku lagi suka banget sama Arashi." --> *suka banget kok terus-terusan XD*
dan sejumlah 'Ah mungkin' lainnya.
Aku nggak ngerti kenapa kamu baper. I don't feel a thing. What the hell was wrong with me? Am I that ignorant to "that" matter? Sampe akhirnya aku browsing tentang "Aromanticism" dan nemuin tes-nya (barangkali mau nyoba XD di sini sama di sini). And I found the missing link.
I show a tendency to be a demiromantic and demisexual. Demiromantik dan demiseksual masuk dalam daerah abu-abu spektrum aromantik dan aseksual. Seorang demiromantik demiseksual bisa nunjukkin indikasi aromantik aseksual, tapi mereka juga bisa menjalin hubungan sama orang lain, dengan syarat utama: harus ada ikatan emosional yang kuat sama orang itu. Cara orang demiromantik demiseksual untuk mendapatkan cinta nggak melulu dari pacaran atau nikah, bisa dari orangtua, bestfriends, saudara, teman kerja, dll. Jadi kalo misalnya kamu suka sama orang yang kebetulan -- atau apesnya -- demiromantik padahal kamu nggak deket, trus kamu nembak, aku jamin hasilnya NO. Sorry. Nggak tau kalo Mas Anang.
That's why I don't understand your insecurities.
Not because I don't care.
Because I can't.
I CAN'T understand your insecurities.
I CAN'T feel your insecurities.
Aku nggak ngerti kenapa kamu perlu baper waktu bahas soal nikah, undangan, akad nikah, atau tunangan.
Aku nggak ngerti kenapa jadi single terlihat seperti kutukan dan nikah adalah satu-satunya cara untuk membangunkanmu dari mimpi buruk.
Aku nggak habis pikir sama orang-orang yang gampang jatuh cinta dan gonta-ganti pacar dalam waktu singkat.
Aku nggak ngerti kenapa kamu hipersensitif soal jodoh.
Aku nggak ngerti kenapa kamu mau cepet-cepet nikah dengan resiko kamu nikah sama orang yang baru kamu kenal.
Aku gak bisa bayangin aku harus habisin sisa hidupku sama orang asing yang tiba-tiba datang dan nyampurin urusan sama prinsip-prinsipku. Kamu pikir kamu siapa?
Tapi sekarang aku ngerti kenapa aku susah banget suka sama orang.
Aku ngerti kenapa temenku bilang kalo aku nggak peka. Sebagai makhluk hidup, aku peka terhadap rangsang tapi aku nggak peka terhadap kode. Aku nggak bereaksi sama flirting-anmu, you have to find my switch first.
Sekarang aku ngerti kenapa aku bisa ngefans sama Arashi tanpa berpikir untuk pacaran atau nikah sama mereka.
Aku ngerti kenapa aku bisa bahagia tanpa pacar, cukup dikelilingi keluarga dan teman-teman terpercaya.
Aku ngerti kenapa kehilangan teman terasa lebih menyakitkan daripada pacar.
Aku ngerti kenapa aku bisa "membuang" masa lalu dan temenan lagi sama mantanku (He's one of my best partners in the world. See you at the top, my buddy!).
Karena aku perlu ikatan emosional yang kuat buat menjalin hubungan, dan aku dapetin itu dari orang-orang kepercayaanku. Aku merasa dicintai dan aku merasa cukup. Aku nggak ngerti apakah nanti bakal nikah sama salah satu dari teman-temanku, tapi yang pasti aku nggak mau menghabiskan sisa hidupku sama orang yang nggak kukenal baik. In my case, I need 1-2 years. Tapi bisa lebih cepet kalo punya kesamaan di beberapa aspek tertentu. Aku setuju soal "nikah dulu baru 'pacaran'" tapi aku nggak setuju sama "coba dulu, siapa tau cocok". Cari partner dunia akhirat kok coba-coba?
Persis sama kata-katanya Mas Sho di Yakai waktu ditanya soal Taichi-kun yang barusan nikah:





Dan jadi inget katanya Shimada Shinsuke di Himitsu no Arashi-chan, "Relationship starts when the condition is bad". Selama aku masih nyaman sama hidupku sekarang, kayaknya aroma-aroma relationship masih belum tercium tahun ini, tahun depan, atau 3-4 tahun mendatang. Cuma Allah yang tahu.
Sebelumnya aku minta maaf kalo ada yang tersinggung atau sakit hati sama tulisanku. Atau kamu akan ngeliat aku berbeda dari sebelumnya, gapapa, itu hakmu. Aku nggak bisa ngatur pendapat orang lain, dan kamu juga sama. Orang lain cuma bisa berbicara, tapi siapa yang menentukan kamu bakal sakit hati atau nggak itu adalah dirimu sendiri.
Nggak ngerti harus mulai nge-rant dari mana. Mungkin flashback dari 1-2 tahun terakhir? Berarti itu umur 20 taun ya? Oke. Jadi seperti yang kita tau kalo umur 20-an itu termasuk masa kritis sebagai manusia. Apa lagi kalo bukan masalah karir dan nikah khususnya (aku lebih suka nyebutnya 'settle down' biar maknanya lebih luas)? Saudara di kiri dan kanan mulai mencoba 'peduli' dengan bertanya "Udah punya calon? Udah punya pacar? Lho kok belum punya pacar?" Dan jawaban saya? Silakan cari di postingan saya sebelumnya. Teman-teman kuliah mulai berskripsi ria, sidang, wisuda, dan nikah satu per satu. Mereka yang udah punya calon pasangan keliatan bahagia banget di foto nikahan mereka, atau mereka yang udah siap-siap nikah. Aku seneng lihatnya, jujur. Nikahan dan lahiran adalah momen yang membahagiakan meskipun kamu nggak kenal mempelainya.
Tapi yang single gimana?
Berikut ini adalah kutipan chat from a certain group chat.
A: Cie mbak B tinggal menghitung hari
B: Aduh A jangan bahas manten, nanti banyak yang baper
A: Aku aja udah baper kok B.
B: Jangan baper A, sabar... Semua nanti pasti bakal jadi manten kok
C: Satu per satu teman-teman melepas masa lajangnya. Aku kapan ya? Jadi baper deh
D: Hmmm B bikin kita baper
B: Latihan D, sebelum nikah. Lebih baper nanti XD
C: Ya Allah B jahat ngiming-imingi aku
D: Hmm aku sabar aku rapopo T_T
B: Maafin ya C...
Satu kalimat buat si tukang baper: Kamu tega banget. Sebetulnya masih ada chat baper yang lebih lengkap dan panjang dan berulang tapi males ngetik. Lagian isinya juga sama. BAPER.
Yang single baper. Oke kamu boleh baper. Kamu berhak baper, itu manusiawi. Tapi kalo bapernya terus-terusan itu ganggu banget asli. Pikiran-pikiran negatifmu itu ganggu sesama single di sekitarmu. Mereka yang aslinya tenang akhirnya ketularan insecure, thanks to your laments. Ada lagi yang suka pasang status-status baper, quotes, dan kutipan-kutipan ayat Quran dan Hadits soal nikah di berbagai platform media sosial. Sebar kutipan-kutipan tadi sebenernya boleh karena bisa mengedukasi orang lain yang belum tau. Tapi kalo berkali-kali akhirnya misused dan itu sangat menyebalkan dan... menyedihkan. Kayak nunjukin kalo kamu pingin banget nikah (aku nyebutnya "kemrabi"), udah siap nikah, siap menyongsong masa depan yang lebih indah dengan pernikahan. Ditambah berita yang hits baru-baru ini, soal anak ustadz yang nikah muda pake banget. Semakin menjadilah semangat para pejuang baper ini buat nikah secepatnya, secepat kilat. Bayangan indahnya pernikahan kayaknya udah memenuhi pikiranmu siang dan malam. Ya sekarang terserah sih kalo kamu mau nikah muda, kita beda prinsip :)
Kamu boleh baper. Kamu berhak insecure, apalagi kalo kamu cewek. Itu manusiawi. Tapi kalo bapernya terus-terusan itu ganggu banget. Asli. Liat ke dirimu sendiri. Udah siap nikah belum? Nikah itu tanggung jawabnya besar lho. Jangan terbuai sama manis-manisnya aja tapi nggak tau gimana cara ngedapetin dan mertahaninnya. Manusia juga nggak bisa "auto-dewasa" dengan menikah lho.
But there's something strange.
Aku marah dan capek. Aku capek baca keluhan-keluhanmu. Kamu menuh-menuhin timeline dan hapeku dengan keluhan-keluhan yang sama. Kamu yang gampang banget ke-trigger soal pernikahan, kembali baper dan meracuni pikiran orang lain. Mungkin karena prinsipku "Jodoh datang di waktu yang tepat pada orang yang tepat. Jodoh bukan balapan" ya, aku jadi sewot. Tapi aku nggak ketularan baper dan meratapi nasib kejombloan ini.
"Ah mungkin karena aku memang masih suka sendiri."
"Ah mungkin karena aku quirkyalone dan introvert."
"Ah mungkin karena aku masih fokus kuliah sama nyari kerja aja. Nanti juga kepikiran buat nikah kok."
"Ah mungkin karena aku lagi suka banget sama Arashi." --> *suka banget kok terus-terusan XD*
dan sejumlah 'Ah mungkin' lainnya.
Aku nggak ngerti kenapa kamu baper. I don't feel a thing. What the hell was wrong with me? Am I that ignorant to "that" matter? Sampe akhirnya aku browsing tentang "Aromanticism" dan nemuin tes-nya (barangkali mau nyoba XD di sini sama di sini). And I found the missing link.
I show a tendency to be a demiromantic and demisexual. Demiromantik dan demiseksual masuk dalam daerah abu-abu spektrum aromantik dan aseksual. Seorang demiromantik demiseksual bisa nunjukkin indikasi aromantik aseksual, tapi mereka juga bisa menjalin hubungan sama orang lain, dengan syarat utama: harus ada ikatan emosional yang kuat sama orang itu. Cara orang demiromantik demiseksual untuk mendapatkan cinta nggak melulu dari pacaran atau nikah, bisa dari orangtua, bestfriends, saudara, teman kerja, dll. Jadi kalo misalnya kamu suka sama orang yang kebetulan -- atau apesnya -- demiromantik padahal kamu nggak deket, trus kamu nembak, aku jamin hasilnya NO. Sorry. Nggak tau kalo Mas Anang.
That's why I don't understand your insecurities.
Not because I don't care.
Because I can't.
I CAN'T understand your insecurities.
I CAN'T feel your insecurities.
Aku nggak ngerti kenapa kamu perlu baper waktu bahas soal nikah, undangan, akad nikah, atau tunangan.
Aku nggak ngerti kenapa jadi single terlihat seperti kutukan dan nikah adalah satu-satunya cara untuk membangunkanmu dari mimpi buruk.
Aku nggak habis pikir sama orang-orang yang gampang jatuh cinta dan gonta-ganti pacar dalam waktu singkat.
Aku nggak ngerti kenapa kamu hipersensitif soal jodoh.
Aku nggak ngerti kenapa kamu mau cepet-cepet nikah dengan resiko kamu nikah sama orang yang baru kamu kenal.
Aku gak bisa bayangin aku harus habisin sisa hidupku sama orang asing yang tiba-tiba datang dan nyampurin urusan sama prinsip-prinsipku. Kamu pikir kamu siapa?
Tapi sekarang aku ngerti kenapa aku susah banget suka sama orang.
Aku ngerti kenapa temenku bilang kalo aku nggak peka. Sebagai makhluk hidup, aku peka terhadap rangsang tapi aku nggak peka terhadap kode. Aku nggak bereaksi sama flirting-anmu, you have to find my switch first.
Sekarang aku ngerti kenapa aku bisa ngefans sama Arashi tanpa berpikir untuk pacaran atau nikah sama mereka.
Aku ngerti kenapa aku bisa bahagia tanpa pacar, cukup dikelilingi keluarga dan teman-teman terpercaya.
Aku ngerti kenapa kehilangan teman terasa lebih menyakitkan daripada pacar.
Aku ngerti kenapa aku bisa "membuang" masa lalu dan temenan lagi sama mantanku (He's one of my best partners in the world. See you at the top, my buddy!).
Karena aku perlu ikatan emosional yang kuat buat menjalin hubungan, dan aku dapetin itu dari orang-orang kepercayaanku. Aku merasa dicintai dan aku merasa cukup. Aku nggak ngerti apakah nanti bakal nikah sama salah satu dari teman-temanku, tapi yang pasti aku nggak mau menghabiskan sisa hidupku sama orang yang nggak kukenal baik. In my case, I need 1-2 years. Tapi bisa lebih cepet kalo punya kesamaan di beberapa aspek tertentu. Aku setuju soal "nikah dulu baru 'pacaran'" tapi aku nggak setuju sama "coba dulu, siapa tau cocok". Cari partner dunia akhirat kok coba-coba?
Persis sama kata-katanya Mas Sho di Yakai waktu ditanya soal Taichi-kun yang barusan nikah:





Kita se-visi misi, Mas :3
Dan jadi inget katanya Shimada Shinsuke di Himitsu no Arashi-chan, "Relationship starts when the condition is bad". Selama aku masih nyaman sama hidupku sekarang, kayaknya aroma-aroma relationship masih belum tercium tahun ini, tahun depan, atau 3-4 tahun mendatang. Cuma Allah yang tahu.
no subject
Maaf tiba-tiba kasih komentar di sini, hehe.
Aku pikir ini menarik karena aku lagi mengalaminya dan aku punya teman yang seperti itu. Dikit-dikit baper. "Umur segini memang masa-masanya" temenku yang lain bilang begitu. Satu persatu teman satu angkatan dilamar terus menikah. Dan yang baper pun bermunculan. Aku sih menganggapnya, "Jodohnya sudah datang, why not? Selamat ya."
Tapi, ada yang meresponnya berlebihan. Ya, kamu tau lah gimana hahaha
Temenku persis kayak temen kamu, share status atau quote tentang jodoh, nikah, dan semacamnya. Bahkan, ayat Quran dan Hadist tentang itu. Persis banget! Unfortunately, she is my bestfriend. Terkadang, aku merasa bersalah mengabaikan ocehannya. Tapi ya gimana lagi. Aku pusing denger curhatannya tentang itu. Pengen banget teriakin ini di telinganya, "IS IT A SIN BEING SINGLE?".
Aku punya pikiran yang sama denganmu. Nikah itu bukan hal yang gampang. Suka banget sama kata-katamu yang ini, "Aku gak bisa bayangin aku harus habisin sisa hidupku sama orang asing yang tiba-tiba datang dan nyampurin urusan sama prinsip-prinsipku. Kamu pikir kamu siapa?". YUP. Aku juga gak bisa ngebayanginnya. Tapi, kalau Sho tiba-tiba datang melamar pasti kuterima. Ups. Hahaha
Dan banyak yang syok denger aku bilang, "Aku gak mau nikah dulu, mungkin sampai 25 atau 27.". Orangtuaku juga (Mama yang gak terima banget, Bapak keliatan nerima aja haha). Mereka pun mulai nanya macem-macem, tapi intinya kenapa dan kenapa. "Salahkah aku ngomong kayak gitu?". Aku bingung kenapa pernyataanku itu seperti hal yang aneh atau semacamnya. Aku jawabnya ya aku pengen berdiri dengan kakiku sendiri. Gak ada salahnya untuk berdiri dengan kaki sendiri? Aku juga gak mau masa mudaku terenggut karena harus mengurus orang lain yang tiba-tiba datang padahal gak ada hubungan darah sama sekali.
Kok tiba-tiba aku jadi curhat, ya? Hahaha
Intinya, aku setuju dengan postingan-mu ini. Maaf jadi curcol di sini.
no subject
Wah ada yang satu pikiran, senangnyaaaaa~ Yaaaa udah naluri manusia sih buat nikah dan berkembangbiak. Tapi kalo jodohnya belum dateng mau diapain? Mau ngeluh, ngerengek, sampek nyanyi lagunya Wali kalo emang belum dateng ya belum dateng. Sambil nunggu jodohnya dateng mestinya belajar jadi istri/ suami sama bapak/ ibu yang pantes dulu, berdoa sama sedekah yang rajin, bikin visi-misi juga *apa ini XD* Bukannya malah kemrabi dan ngode kesana kemari. Eh tapi dulu pernah nonton talkshow yang narasumbernya Bu Elly Risman, pakar parenting, kata beliau setelah nikah harus cepet-cepet bikin visi-misi keluarga yang dievaluasi secara berkala biar keluarganya beneran samawa. Ada tujuan yang perlu dicapai dalam keluarga, bukan habis nikah habis itu nggak tau mau ngapain. Aku nggak tau sih apa impian temen-temenku itu. Tapi karena sering nunjukkin kebaperannya di sosmed jadi keliatan kayak nikah adalah tujuan terakhir. Habis nikah ya udah.
"IS IT A SIN BEING SINGLE?" Aaaaaaahhhh pingin teriak di kuping mereka juga! Single kok kayak kutukan gitu, ditambah sama stigma masyarakat yang mandang orang-orang single sebelah mata. Single agak lama dikatain homo, gak laku, yang lebih nyakitin lagi dikatain perjaka/ perawan tua. Ngember kok jamaah. Bahkan habis ini WHO mau masukin orang-orang yang gabisa nyari pasangan untuk punya anak ke list disabilitas. Ngenes sekali hidup para single ini.
Tuh kan serem bayanginnya. Kadang sama orangtua aja bisa kesel, apalagi orang lain. Aku termasuk anak yang rebel soalnya, haha. Kalo mau ngutak-atik hidupku harus jadi orang penting dulu XD Bukannya sok jual mahal, tapi dari kecil udah dibiasain "kalo gak penting gausah didengerin". Apa? Mas Sho? Boleh. Ayok hahaha. Tapi mungkin capek juga jadi istrinya Sho XD
Aku sama orangtuaku belum pernah diskusi atau nanya soal ini sih. Mereka tau banget anaknya belum siap nikah haha. Pernah ditanya sama Budhe "Udah punya pacar?" Aku jawab "Nggak punya pacar Budhe, nggak tertarik juga punya pacar". Mereka santai, Budhe yang syok hahahaha. Kalo Ibuk dulu pernah pesen soal kriteria menantu, tapi nggak didorong-dorong suruh nikah. Pernah juga iseng nanya "Mau dijodohin, Win?" waktu lebaran di rumah Budhe. Aku ketawain aja. Bapak lain lagi, aku dianter pulang sama kakak tingkat aja udah panas dingin XD Jadi yaaaaaa semakin menikmati jadi single. Masih pingin eksplorasi sama belajar lagi yang banyak. Masih pingin menikmati me time juga sama sahabat dan keluarga, nanti kalo udah punya keluarga sendiri udah susah ketemunya.
no subject
Setuju buat kalau nikah itu bukan tujuan akhir. Nikah itu bukan sembarangan. Gimana me-manage kerjaan dan keluarga biar gak kacau. Terus tanggung jawab sama suami juga anak-anak nanti. Ngurusin makan, sekolah buat anak dan lain-lain. Mikirin aja udah bikin aku pusing. Hahaha
Seriusan WHO mau masukin list disabilitas? HUAHAHA ngenes banget ya jadi single? LOL
Mama sih yang agak gak terima anak gadisnya ngomong gitu. Bapak manggut-manggut aja anaknya bilang gitu.
Iya sih, jadi isteri Sho pasti capek. Tengah malem baru ada di rumah. Tapi demi mencari nafkah untuk keluarga, sayah rela /plak
Gak cuman keluarga, tetangga aja udah nanya hal-hal begituan. Pengen banget rasanya nunjukin foto Sho biar diem hahaha Tapi kayaknya gak bakalan diem deh
no subject
BANGETS! Gimana cara ngatur keuangan terutama. Aku masih serumah sama orangtua sih, jadi nggak mikirin biaya kos dan makan. Tapi tetep aja gabisa bergantung terus kan? Makanya gak mikir nikah-nikahan dulu. Trus kadang-kadang beresin kamar sendiri juga males (pake asas nanti juga berantakan lagi XD) Sekarang jadi kerasa banget, dulu waktu kecil mikirnya cuma sekolah hahahaha.
Serius~ Katanya biar para single bisa dapet perlakuan khusus untuk layanan kesehatan, terutama soal perkembangbiakan (haduh apa ini bahasanya). Selain itu supaya dapet perlakuan khusus untuk nyari pasangan hahahaha. Ini dapet ide darimana coba?
Mas Sho udah bilang di majalah apa gitu, "Aku gak terlalu mahir melakukan pekerjaan rumah, jadi aku bantu cari uang aja yang banyak HAHAHAHA" Gitu. Ya sudah mau gimana lagi. Daripada suruh masak tapi dapurnya kebakar XD Tapi ngebayangin Sho bantuin cuci baju terus rempong sendiri misahin pakaian dalem, baju putih, sama baju berwarna lucu juga kayaknya.
Wah boleh itu! Aku pernah majang fotonya Sho jadi wallpaper laptop. Secara gak sengaja keliatan di proyektor LCD waktu habis ngajar. Terus kata muridku "Bu, itu foto pacarnya ya?", di luar ngomongnya "Nggak, itu artis kesukaan saya", di dalem ngomongnya "YEEEEEESSSSSS PLEEEAAASSSEEEE" hahahaha ngarep banget XD
no subject
Perlakuan khusus untuk kesehatan? LOL. Kalau dikasih pelayanan periksa dan berobat gratis sih mau. Perlakuan khusus cari pasangan? HAHAHA dapet ide dari para jomblo baper mungkin.
Ah, iya. Aku ada baca juga. Abang Sho jangan suruh main di dapur. NO! Hahaha nanti rumah jadi butiran abu. Aku jadi ngebayangin Sho nyuci baju. Lucuk deh. Ntar si abang teriak, "Habis dipisahin trus diapain?!"
Aku siap bantu urusan rumah selagi abang Sho mencari nafkah /eh /plak
Mbak guru ya? /tiba-tiba manggil mbak
Wah, aku pernah gitu juga pas mau presentasi dan harus nyolok proyektor ke laptop. Dan BAM! Muncul foto Sho. Langsung dicie-in satu kelas. Setelah presentasi pun ada yang nanya siapa itu tadi. Dengan gak ada rasa malunya bilang, itu tadi foto SUAMI! Buahaha ngarep tingkat dewa.
no subject
Jomblo baper sumber masalah XD Makanya kalo baper jangan lebay. Nanti jangan-jangan ada biro jodoh dari Kemenkes atau vaksin antijomblo? Tidaaaaaak. Makan Beng-Beng aja nanti tiba-tiba CIEEE NIIKAAH HAHAHA
Iya jangan. Motongin kornet aja bisa 5 menit, belum lagi ngeluhnya. Yang masak omurice apalagi, itu capek apa gimana, masak gabisa bedain ayam sama jamur >_< Hahahaha, heboh sendiri "Ini sabunnya seberapa? Pewanginya masuk kapan?" Setauku sih Sho bisa cuci baju dan bersih-bersih rumah. Tapi kalo bersih-bersih katanya lama banget, berantakan banget soalnya XD Yaaa emang rumah cuma buat numpang mandi-tidur. Makanya perlu istri *plakk
Masih guru les, belum jadi guru di sekolah. Haha terserah sih mau manggil apa. Itu waktu aku penelitian di sekolah. Malu sih, soalnya fotonya gede dan aku tulis-tulisin di background-nya HAHA ("Kalo pake smartphone atau laptop kacamatanya dipake ya dek :)") Nggak tau malu *plak. Wah boleh itu, bisa nambah motivasi. Temenku dulu juga hampir sama, pasang fotonya Lee Seung Gi terus sama dosenku ditanya "Itu tadi fotonya menteri siapa?" sekelas ngakak semua, dianya malu setengah mati.
no subject
Buahaha bisa jadi nanti ditambah konsultasi gratis di psikolog buat jomblo. Ya ampun.
Subhanallah banget abang Sho. Pas nonton dia masak omurice itu rasanya pengen getok kepalanya. "Bang, kamu itu ngaco.". Entar di dapur ada tulisan 'ABANG SHO DILARANG MENYENTUH APAPUN YANG ADA DI SINI. Kecuali dapat izin dari isteri'. Setauku dia bisa bersih-bersih juga dan berisik banget katanya kalau ada yang berantakan. Dan pernah katanya Sho marahin Nino gara-gara gak buang sampah di tempat sampah, padahal yang buang bukan Nino tapi temennya. Kayaknya pas mereka masih junior. Nino langsung mungut itu sampah dan minta maaf ke Sho. Hahaha.
Maklumin orang ini ya, mbak. Dia emang suka banget merasa muda, jadi setiap orang dia panggil mbak. Hahaha. Kalau boleh tau, berapa usia mbak?
Untung dosenku cuman senyum-senyum aja haha kalau gak malu banget haha
no subject
Konsultasi gratis XD "Jadi... sejak kapan mbak ini menjomblo?" Noooooo T.T
Dapurnya dikasih pintu, terus ada passwordnya supaya gabisa masuk XD Atau lemari tempat alat2 masaknya yang dikunci, cuma ada water heater sama panci buat bikin mi instan yang dikeluarin. Pisaunya juga diganti pisau Tupperware yang warna-warni biar gak ada yang sobek hahahaha. Iyaaa, jadi inget cerita dia kalo ada tamu makan nori harus dialasin koran, terus sisa nori di tangan gaboleh dijatuhin ke lantai. Cerita Nino pertama kali dimarahin senpai, eh sekarang malah satu grup. Bayangin mulutnya Sho pas manyun kalo marah2 sama kepalanya berasap hahahaha. Eh tapi serem juga sih.
Hahahaha, aku juga sering manggil orang mbak, padahal tua-an aku. Aku masih 22 tahun kok, masih mudaaaa~ Yaaa dosen kan pernah muda dan majang poster artis favorit, cuma sekarang beda media aja :D